Setiap siswa juga harus memiliki buku berobat. Termasuk mencatatkan hasil pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan untuk menjaga status gizi kurang atau gizi lebih. “Jadi secara administrasi harus memiliki buku catatan tertentu, termasuk buku KMS,” ungkapnya.
Untuk penyiapan WC sekolah yang terbatas, sejatinya dalam setiap program rehab dan bangunan Ruang Kelas Baru (RKB) harus juga menyiapkan WC. “Seperti pada pembangunan rumah kumuh, kita selalu memprioritaskan agar ada bangunan WC. Sehingga sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) untun masyarakat itu bisa terwujud. “Kalau di sekolah, STBS – sanitasi total berbasis sekolah,” ungkapnya.
Di Kabupaten Dompu terdapat 441 posyandu dan kesemuanya sudah direvitalisasi menjadi posyandu keluarga yang terintegrasi. Jika sebelumnya, posyandu hanya melayani pemeriksaan kesehatan dan penimbangan bayu, balita dan ibu melahirkan. Tapi dengan menjadi posyandu keluarga terintegrasi, melayani pemeriksaan kesehatan semua umur, termasuk anak dan remaja yang melakukan konsultasi kesehatan remaja dan reproduksi. “Harapannya, agar orang sehat itu tetap sehat. Kalaupun sakit, sakitnya ndak terlalu lama. Itu prinsip paradigma kesehatan sekarang,” kata Maman.
Sebelumnya pada Musrenbang Anak Kabupaten Dompu menyoroti UKS di sekolah yang tidak berfungsi dan terbatasnya WC di sekolah. Padahal UKS memiliki peran yang strategis, selain menjadi media pembelajaran bagi anak – anak sekolah, juga menjadi tempat pertolongan pertama ketika ada siswa yang menderita sakit. (Ony)