Tidak hanya teatrikal, secara bergantian, korlap dari masing-masing BEM juga menggelar orasi secara bergantian, dimana dalam orasinya peserta aksi menyatakan, bahwa distribusi BBM bersubsidi yang tidak tepat sasaran.
“Subsidi BBM tidak dinikmati oleh masyasrakat miskin, justru 80 persen penikmat BBM adalah kalangan menengah ke atas, namun meski demikian dengan menaikan harga BBM juga memberatkan masyarakat miskin, pemerintah harus memperhatikan kondisi ekonomi masyarakat miskin,” ujar peserta aksi dalam orasinya.
Selain itu, menaikkan harga BBM juga berpengaruh pada sektor-sektor lainnya, seperti harga kebutuhan pokok, karena produsen mempertimbangkan biaya produksi dan distribusinya.
Selama aksi berlangsung, tidak ada tindakan anarkhis dari peserta aksi, meski seluruh peserta aksi masuk ke halaman gedung DPRD Jember, dan ditemui sejumlah anggota DPRD di ruang lobi, aksi tetap berjalan damai dan tertib hingga peserta aksi membubarkan diri pada pukul 17.00 WIB setelah sejumlah anggota DPRD bersama dengan perwakilan mahasiswa membuat nota kesepakatan bersama menolak kenaikan harga BBM. (Dik/Hpj)