“Dari perubahan nilai dan volume tersebut terlihat nilai impor sangat dipengaruhi oleh nilai tukar dolar terhadap rupiah sedangkan volume menggambarkan kebutuhan impor beras di wilayah Jawa Timur semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan beras masyarakat Jawa Timur karena adanya peningkatan jumlah penduduk,” ujar Kepala BPS Jatim, Zulkipli, melalui Laporan Analisis Data Beras Provinsi Jawa Timur 2020-2022.
Dalam laporan ini disebutkan, walaupun Jawa Timur masih mengimpor beras tetapi kenyataannya masih ada ekspor beras keluar wilayah. Namun beras yang diekspor adalah yang masih dalam bentuk beras berkulit (padi) dan digunakan untuk semai atau non semai, beras ketan yang sudah digiling maupun setengah giling serta beras pecah untuk pakan ternak.
Nilai ekspor beras semakin meningkat setiap tahunnya demikian juga dengan volume ekspor. Peningkatan nilai dan ekspor beras ke luar Jawa Timur memang tidak sebesar impornya. Tahun 2022 ada peningkatan nilai ekspor beras sebesar 12,27 persen dibandingkan tahun 2021. Persentase kenaikan tersebut tidak sebanding dengan kenaikan ekspor dari 2020 ke 2021 yang sebesar 28,49 persen.
Dari sisi volume ekspor beras Jawa Timur tetap mengalami peningkatan. Peningkatan ekspor beras tertinggi terjadi pada periode 2022 yang meningkat hingga 200 persen lebih jika dibandingkan dengan ekspor 2021. Sedangkan ekspor tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar 21,84 persen. (Red)