Berikutnya tahap kesiapsiagaan. Pada tahap ini pemimpin, harus mampu mengambil langkah-langkah yang tepat saat bencana alam datang. Tahap kesiapsiagaan biasanya dilakukan menjelang terjadinya suatu bencana. Sebelum terjadi bencana, pemerintah atau lembaga terkait seperti BMKG sudah menginformasikan ancaman bencana alam yang mungkin terjadi.
“Selanjutnya ada tanggap darurat. Tanggap darurat ini biasanya seluruh komponen pasti akan dilibatkan. Dan yang paling sulit adalah tanggap darurat,” katanya.
Khusus untuk tanggap darurat, bila pemimpin tidak memiliki sense of crisis, empati atau tidak memiliki kepedulian, maka yang terjadi di lapangan adalah wisata bencana dan bukan upaya untuk menolong korban.
“Kita tidak ingin, para pemimpin di level pratama ini datang ke lokasi hanya untuk selfie bencana, atau istilah wisata bencana. Yang kita inginkan adalah bagaimana kita memiliki keikhlasan jiwa untuk menolong,” pungkasnya. “Jadi melalui acara ini saya minta agar semua pihak harus punya kesadaran kolektif terhadap bencana,” tambahnya menghimbau.
Untuk diketahui, Disaster Leadership Academy 2024 digelar Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jawa Timur Jatim. Pelatihan DiLA 2024 ini diikut Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Pratama di lingkungan Pemprov Jatim, khususnya yang berasal dari Badan Penanggulan Daerah (BPBD), Dinas Sosial, BPSDM, Satpol PP, Dinas Perpusakaan dan Kearsipan, hingga Rumah Sakit.
Salah satu pemateri pada pelatihan DiLA 2024 adalah guru besar Sosiologi Bencana Universitas Pertahanan (Unhan) Prof. Syamsul Maarif. Pelatihan tersebut berlangsung selama dua hari yakni dari tanggal 26-27 Januari 2024. (Red)