Penelitian yang mendalam mengenai Candi Pari telah dilakukan oleh N. J. Krom. yang dimuat dalam bukunya “Inleading Tot de Hindoe Javansch Khust” tahun 1923, menurut Krom bangunan Candi Pari mendapat pengaruh dari Campa khususnya dari Candi di Mison. Pengaruh tersebut tampak dari bentuk dan ornamentasi, walau demikian menurut N.J. Kroom karakter Jawa masih tampak dominan pada bangunan ini. Berdasarkan dalam kitab Nagarakrtagama juga menyebutkan bahwa Tjampa Kambodja serta Jawa itu mempunyai hubungan dekat. N. J. Krom menelaah adanya hubungan yang cukup dekat antara Java dengan Campa pada masanya. Hubungan kenegaraan antara Campa dan Majapahit menyebabkan pembangunan Candi Pari mempunyai pengaruh kesenian Campa.
Pada tahun 1915, ditemukan beberapa arca, antara lain dua buah Arca Siwa Mahadewa, dua buah Arca Agastya, tujuh buah Arca Ganesha, dan tiga buah Arca Budha yang seluruhnya telah dibawa ke Museum Nasional. Temuan arca-arca ini dijadikan dasar untuk menduga bahwa Candi Pari merupakan candi Hindu.
Kegiatan pelestarian yang pernah dilakukan pada candi ini adalah penetapan sebagai cagar budaya peringkat nasional pada tahun 2022, kegiatan pemugaran yang telah dimulai sejak masa Kolonial Belanda dengan melakukan penambahan kayu pada langit-langit pintu masuk. Pada tahun 1994-1999 candi kembali dipugar oleh Kanwil Depdikbud dan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur. (Red)