Lebih lanjut, Malik mengungkapkan, tahun 2024 ini Dinkes Jatim juga berencana untuk melakukan pendampingan Santri Jatim Sehat dan Berkah atau disingkat BK Sajadah dengan 3 Ponpes di 33 Kabupaten/Kota pada Provinsi Jawa Timur.
“Program Sajadah ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas Poskestren, guna menghasilkan kebijakan pondok pesantren berwawasan kesehatan, meningkatkan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah atau TTD pada santriwati, melaksanakan inspeksi kesehatan lingkungan secara mandiri, serta melaksakanan skrining TBC dan kesehatan jiwa,” ungkapnya.
Pendampingan pesantren sehat 2024 ini, Malik menerangkan, lebih dikhususkan untuk pesantren yang belum pernah didampingi sebelumnya yang memiliki Poskestren berstrata Pratama/Madya dan klasifikasi PHBS belum mencapai klasifikasi IV. “Hal tersebut, juga sekaligus dijadikan sebagai lokus pembinaan Tim Pembina Pesantren Sehat Provinsi,” terang Malik.
Selain Pendampingan BK Sajadah oleh Dinkes Jatim, Malik menyampaikan, terdapat juga program lain yang dicanangkan oleh MUI Jatim. “Yaitu Pencegahan Pernikahan Dini untuk pencegahan AKI AKB di Ponpes yang terfokus pada tiga wilayah kabupaten, yang meliputi Probolinggo, Bondowoso, Banyuwangi, dengan bentuk kegiatan berupa pembinaaan dan edukasi,” pungkas Malik.
Diketahui, selain MUI dan Dinkes Jatim, sejumlah peserta rapat yang hadir juga turut menyampaikan rencana program kerja yang ingin mereka usung demi mewujudkan pesantren sehat 2024 ini. (red)