Pasalnya, lanjut Heru, baterai ini berani diujicobakan pada KLBB karena Indonesia memiliki kekayaan sumber daya aluminium yang melimpah. Meski kebutuhan arus listrik untuk motor cukup besar, namun kekayaan sumber daya Indonesia inilah yang mendorong keberanian tim penelitian dari ITS untuk mengadopsi baterai pada motor. Terlebih, harga baterai aluminium lebih murah daripada baterai lithium ion.
Baterai udara ini sebenarnya telah dikembangkan oleh ITS sejak tahun 2013. Namun, sempat berhenti dan baru saja dilakukan kejar tayang penelitian selama kurun waktu setahun ini. Penelitian ini turut didukung pendanaan oleh Pertamina dan Kedaireka Matching Fund ITS, sehingga dapat digarap kembali pengembangannya. Untuk itu, ITS terus mendapat tantangan dalam mendukung tren perkembangan KLBB lewat beragam inovasinya.
Baterai udara ini masih perlu pengembangan berkelanjutan agar dapat diadopsi lebih baik pada KLBB. Saat ini baterai masih berupa primer sehingga jika baterai habis hanya bisa langsung dibuang. Ke depannya, Heru ingin mengembangkan baterai sekunder, yakni baterai yang dapat dilakukan pengisian ulang. “Tak hanya itu, kami juga ingin memperkecil ukuran baterai supaya bisa lebih mudah dimasukkan ke dalam kendaraan,” tutur Heru.
Selaras dengan Heru, Wakil Rektor IV Bidang Riset, Inovasi, Kerja sama, dan Kealumnian ITS Bambang Pramujati ST MScEng PhD menyambut hangat peluncuran baterai ini. Bambang mengucapkan terima kasih kepada Pertamina dan Kedaireka yang turut mendukung pendanaan agar ITS dapat memanfaatkan penelitian dengan baik.
Ke depannya, dosen Departemen Teknik Mesin ini berharap agar tim peneliti dapat lebih kompak dalam mengembangkan KLBB dan dapat menggandeng mitra industri. “Semoga Baterai AI-Udara ITS ini dapat bermanfaat bagi kemandirian energi negeri ini,” tutupnya penuh harap (red)