Perlu di ketahui bahwa Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam kesenian reog Ponorogo.
Jathil Menggambaran prajurit berkuda dari Kerajaan Bantar Angin Ponorogo ketika mengadakan perjalanan ke Kerajaan Kediri. prajurit ini pengawal raja Kelono Sewandono ketika akan melamar seorang puteri raja Kediri namanya Dewi Songgo Langit.
jathil meledek/menggoda penari barongan, agar penari barongan lebih bergairah dalam menari. Istilah jathil baru lahir setelah kesenian reog itu ada. Penari jathil memang seolah ada ikatan batin dengan penari barongan.
Penari jathil ini dulunya diperankan oleh gemblakan, seorang anak lelaki yang usianya 12-15 tahun. Dia adalah anak asuh seorang warokan yang hidup bersamanya, dan dia dipersiapkan untuk menjadi penari jathil di dalam kesenian reyog Ponorogo
Ketika gemblakan memerankan tari jathil, dia diberi busana/property perempuan. Gerak tarinya pun dibuat lemah bagaikan perempuan.
Secara esensial penampilan seperti ini merupakan suatu bentuk protes kepada raja Brawijaya atas ketidaktegasan sikap dalam melaksanakan roda pemerintahan.
Prabu Brawijaya dianggap banci oleh Ki Ageng Kutu, seorang Demang (Kepala Desa) di Kademangan Kutu sekarang masuk wilayah kecamatan Jetis di suatu wilayah bekas Kerajaan Wengker Ponorogo.
Hal seperti itu muncul akibat dari semua kebijakan yang dilakukan oleh Raja Brawijaya hanya atas dasar kendali diri permasurinya, yaitu Putri Campa. (Mrsd/Ktmn)