Ia menambahkan bahwa kegiatan ini adalah kolaborasi dan inisiasi sepenuhnya dari komunitas. Pihaknya sangat mengapresiasi atas kegiatan yang sekaligus dapat menjadi ajang untuk mempersatukan keberagaman yang ada di Kota Malang. Melalui gelaran yang melibatkan semua komunitas ini, akan menjadi agenda rutin yang dapat dikunjungi oleh wisatawan lokal dan luar negeri.
“Jadi parade mulai sana (koridor Jalan Basuki Rahmat mulai dari Perempatan Rajabali sampai dengan Gereja Kayutangan) ada pemusik berjalan sekitar 1.000 orang lebih, ada kibordis, drummer, gitaris, berkumpul semua, vokalis hadir semua. Nanti juga ada teman-teman di video mapping nanti 20 menit akan memperagakan apa yang saat ini sudah dilakukan teman-teman ini kolaborasi semua. Dasarnya adalah ekonomi kreatif,” tambahnya saat ditemui di sela-sela meriahnya acara Malang 108 Rise and Shine Kayutangan Heritage.
Sementara itu, Kepala Disporapar Kota Malang Dr. Ida Ayu Made Wahyuni, SH., M.Si mengungkapkan selain keterlibatan beberapa subsektor ekraf yang ditampilkan seperti seni pertunjukan, seni musik, kuliner, seni rupa, audio visual ada video film, UMKM lokal juga dilibatkan sebagai wujud pemberdayaan masyarakat sekitar.
“Sesuai dengan temanya Rise and Shine Kayutangan Heritage artinya bahwa subsektor ekonomi kreatif harus bangkit dan bersinar karena sudah dua tahun kita mengalami masa pandemi. Tentunya ini merupakan satu tonggak untuk bergeraknya kembali ekonomi kreatif kita,” pungkas Ida.
Acara yang dimulai pukul 15.00 WIB tersebut dimeriahkan oleh penampilan music community show seperti Malang Drummer Community (MDC), Guitarisick, Kumpulan Bassist Malang (Kubam), Kibordis Malang, Orchestra performance dari Malang Youth Orchestra (MYO), pameran 108 lukisan, parade flash mop, fire dan modern dance, fashion on the street, lighting show, video mapping serta beragam UMKM. (Mich/Nur)