“Saya takutnya, Ubud yang selama ini masuk dalam nominasi pariwisata terbaik, akan hilang. Ditakutkan juga wisatawan tak mau lagi ke Ubud, karena kumuh dan macet,” tegasnya.
Iapun berharap pihak terkait mengatasi hal tersebut. Terlebih lagi, setelah dua tahun Ubud mati suri lantaran Covid-19, warga dan para pengusaha di Ubud kini mulai ada harapan baru.
Iapun tak ingin proyek pasar ini menjadi preseden buruk terhadap Ubud.
“Semoga proyek pasar ini cepat selesai,” harapnya.
Wakil Ketua DPRD Gianyar, Ida Bagus Gaga Adi Saputra juga menyayangkan hal tersebut.
Dia menilai, persoalan kekumuhan dan kemacetan ini, tak terlepas dari lambannya proyek pasar.
“Saya tidak dalam posisi menyalahkan pihak manapun, namun satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa ada hal yang tidak beres (karena berganti kontraktor), dan itu patut menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak agar ke depan kasus serupa tidak terjadi lagi,” ujarnya.
Pihaknya berharap masalah ini segera dicarikan solusi, agar revitalisasi Pasar Ubud ini bisa segera dilaksanakan sesuai batas waktu yang telah ditentukan.
Pihaknya khawatir, jika masalah ini berlarut, maka berlarut pula kekumuhan di Ubud.
Para pedagang pasar yang kini harus berpencar, akan menjadi pihak paling dirugikan jika revitalisasi pasar itu tidak diselesaikan sebagaimana mestinya.
“Ubud berturut-turut meraih predikat kota wisata terbaik dunia, dan Pasar Ubud menjadi salah satu pasar tradisional yang sangat diminati oleh wisatawan untuk dikunjungi.”
“Tentu menjadi tidak elok jika di jantung kota Ubud ini ada proyek yg bermasalah, apalagi sampai mangkrak,” tandas Politikus Demokrat tersebut.
Tak kalah pentingnya, kata dia, adalah jangan sampai DAK yang telah didapat, menjadi sia-sia dan itu akan berdampak pada kepercayaan Pemerintah Pusat kepada Kabupaten Gianyar kedepannya.
Oleh karenanya, pihaknya berharap pihak Pemkab segera mencari win win solution, agar proyek revitalisasi Pasar Ubud bisa diselesaikan sebagaimana mestinya. (Dedy)
