Sementara akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Kadek Sonia Piscayanti, menyebut isu yang dipilih dalam pembuatan prasi berperan besar pada keterlibatan anak-anak muda yang diharapkan dapat terus membuat kesenian ini lestari.
“Prasi inikanmedia, tetapi gagasannya bisa dalam bentuk yang kontekstual. Mereka bisa “bersuara” lewat prasi, mediumnya prasi dengan gagasan yang kontemporer dan lekat dengan kehidupan saat ini,” jelasnya.
Prasi diketahui merupakan warisan budaya unik dari Bali. Berwujud gambar di atas daun lontar, kesenian ini sejak masa lampau telah digunakan untuk menyampaikan pesan.
Biasanya prasi memuat cerita-cerita sejarah, wayang, dan tantri. Tetapi dewasa ini ditemui juga beberapa prasi yang berisi isu-isu kontemporer yang lekat dengan kehidupan manusia modern saat ini.
Seni prasi diperkirakan berkembang pertama kali di Griya Talibeng, Sidemen, Karangasem, Bali. Kemudian berkembang ke daerah Tenganan, Karangasem dan Bungkulan, Buleleng. (Ony/Dedy)