“Kalau tidak ngedan tidak mungkin kawasan Mangunsarkoro terwujud. Kami benar-benar nol anggaran, termotivasi memberdayakan Warga Panggang,” ucap Solichin.
Grand launching, Mangunsarkoro Street sudah lima kali digelar. Awal pembentukannya, kawasan tersebut membutuhkan anggaran sekitar delapan belas juta rupiah. Lantas, dukungan dari sponsor dan stakeholder, akhirnya mampu membuahkan hasil berupa tenda sejumlah 80 buah. Yang terbagi untuk 70 tenda bagi Warga Panggang dan bagi pihak 10 sponsor.
Senada dengan Solichin, Camat Jepara Suherman menjabarkan bahwa antusias dalam Mangunsarkoro Street adalah perjuangan Warga Panggang.
“Berawal dari akar rumput, ini bentuk suasana beda yang akan jadi ikon Jepara,” kata Suherman.
Namun, keberhasilan Mangunsarkoro Street bukan tanpa kendala. Kepala Dinas Perhubungan Jepara Trisno Santosa menjelaskan bahwa kemacetan menyebabkan arus lalu lintas terhambat.
“Namun kami sudah koordinasi dengan Satlantas Polres Jepara, sehingga arus kemacetan bisa diurai. Tentunya, jam buka tutup harus dipatuhi agar jadi akses masyarakat dapat tertib. Kantong parkir akan ditambah,” terang Santosa.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jepara Zamroni Lestiaza turut mengapresiasi inisiasi dari Warga Panggang karena memberikan destinasi wisata kuliner baru. UMKM diharapkan makin berkembang dan jadi alternatif paket wisata di Jepara.
Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Jepara Samiaji membahas bahwa UMKM di Mangunsarkoro Street tergabung dalam organsiasi di Jepara. Setidaknya, mereka akan diberi pelatihan dan pembinaan terkait UMKM. (Red)