Hal ini kemudian menciptakan double stress yakni suatu kondisi yang berawal stres dari eksternal tetapi ditambah menjadi stress internal. Lebih lanjut ia menjelaskan, kondisi stres internal terjadi karena ia tidak mencintai diri sendiri akibat kondisi tubuhnya. Pada akhirnya, seseorang dengan obesitas membatasi dan menjauhkan diri dari khalayak atau merasa ditinggalkan oleh lingkungan.
“Ada perasaan sendiri. Coping negatif bermunculan seperti tidak percaya diri karena tidak mampu menciptakan self esteem yang positif sehingga memperparah kondisi,” tuturnya.
Prof Nurul memaparkan bahwa dalam mencegah terjadinya peningkatan kematian pada orang dengan obesitas karena kesepian dibutuhkan dukungan dari lingkungan. Selain individu perlu meningkatkan self awareness, lingkungan juga patut berperan.
“Ketika menyaksikan perubahan perilaku, maka lingkungan harus sesegera mungkin bertindak. Misalnya ketika pada suatu individu terjadi perubahan perilaku yang menunjukkan tanda-tanda stress maka perlu mengajak bicara untuk mendengar keluhan sebagai bentuk social support,” paparnya.
Masyarakat juga harus meningkatkan edukasi dengan memperbanyak literasi kesehatan mental. Bahwa kesepian menjadi yang utama sebagai salah satu ciri-ciri mental yang tidak sehat. Kondisi mental yang sehat akan selalu menciptakan relasi harmonis dengan lingkungan sosial.
Edukasi dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan gawai dengan sesuatu yang relevan seperti membaca atau mengakses sesuatu yang positif dan sehat menyesuaikan kondisi. Serta tidak ragu untuk mencari bantuan secara online melakukan konsultasi dengan ahli yang sesuai.
“Pada dasarnya seseorang butuh suasana sepi untuk memperoleh gagasan dan ide-ide segar. Namun, ketika kesepian itu menjelma dan berpengaruh buruk pada kondisi pribadi maka berhentilah menjauhkan diri dari lingkungan sosial dan jadilah harmonis bersama.” (red)