“Kami berkomunikasi dengan tiga kepala desa itu agar nantinya ada sosialiasi,” terangnya.
Tak hanya itu, Subandi juga meminta agar Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air (DPUBM SDA) Sidoarjo agar segera mengkaji secepatnya. Sehingga normalisasi dapat dilakukan sebelum musim hujan tiba.
Sejumlah bangunan liar yang yang berada di atas sungai akan dibongkar. Namun Subandi meminta agar sosialisasi kepada warga sekitar dapat terus digencarkan.
“Anggarannya akan kami carikan, apakah nantinya pakai dana bantuan keuangan (BK) atau yang lain. Kalau betonisasi mungkin diajukan 2025 mendatang,” terangnya.
Anggota Komisi A DPRD Sidoarjo Warih Andono mengatakan, normalisasi sungai tersebut memang diperlukan. Sebab jika terjadi hujan lebat, kondisi sungai tak memungkinkan menampung debit air yang melimpah.
Menurutnya, jika dua sungai itu dijadikan satu, kemudian jalan dilebarkan, maka debit air akan masuk dan tertampung maksimal. Sehingga mengurangi potensi banjir di kawasan Delta Sari.
“Kalau banjir sudah satu lutut, sungai ini sudah tidak kuat menampung, sehingga itu mendesak,” paparnya.
Anggota Fraksi Golkar itu menilai dampak sosial dari upaya normalisasi tersebut tidak akan terjadi. Para pengguna bangunan liar juga sudah diberikan sosialisasi terkait rencana pembongkaran itu.
Mereka sudah diundang dan diajak bicara bersama pemerintah desa setempat. Menurutnya mereka akan membongkar bangunannya secara mandiri nantinya.
“Mereka secara ikhlas mau pindah dan membongkar bangunan liarnya. Yang terdampak dari bangunan liar itu ada lima kepala keluarga,” katanya.(Ags/MW)