“Jadi dua poin tersebut sangat penting, jadi diharapkan nanti itu menjadi penyemangat bagi goverment daerah dan masyarakat,” tuturnya.
Karena itu ia mempunyai tujuan untuk menurunkan emisi karbon. Dengan beberapa langkah yang harus dilaksanakan. Karenanya perlu membangun sistem tata pengelolaan sampah yang bagus. Serta pengembangan ruang terbuka hijau yang dapat mengakomodir perkembangan kota.
“Saya kira Sidoarjo diapresiasi tidak lain karena memang yang dinilai dari partisipasinya masyarakat dalam pengelolaan sampah,” jelasnya.
“Pengelolaan sampah itu kalo di breakdown ada dua hal yaitu penangan dan pengurangan sampah,” imbuhnya.
Amig menyebut jika basis komunitas di Sidoarjo juga sudah sangat kuat. Bahkan, Kabupaten Sidoarjo merupakan satu-satunya daerah yang mempunyai Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R) paling banyak di Indonesia dengan jumlah mencapai 190 TPS3R.
“Karena itu, hal tersebut menjadi harapan bagi masa depan pengelolaan sampah di Sidoarjo. Dari jumlah tersebut, yang aktif masih sekitar 60 persen. Sehingga perlu penguatan kemampuan pengelola dalam menangani sampah TPS3R yang berbasis ramah lingkungan,” terangnya.
Amig juga menambahkan komitmen pemerintah daerah juga menjadi kunci utama. Terutama dalam aspek kebijakan.
“Seperti sekarang ini Sidoarjo lebih kongkrit kebijakannya, terutama tentang penguatan kapasitas dan manajemen persampahan sudah mulai berpola. Hal itu diperkuat dengan peraturan bupati, terus Perda kami tentang jasa pelayanan retribusi sampah yang nantinya menuju pada proporsionalitas, artinya bayarlah sampahmu itu dengan banyaknya sampah,” pungkasnya. (Gus)