Reog merupakan kebudayaan Jawa, tepatnya berasal dari kabupaten Ponorogo. Reog Ponorogo sempat mengalami gejolak lantaran adanya tindakan saling klaim dengan negara Malaysia. Hal ini dipicu adanya kesamaan identitas berdasarkan aspek sejarah yang mempertautkan identitas negara Indonesia dan Malaysia hingga bangsa Melayu. Kemudian pemberitaan tersebut mendapatkan respon cepat oleh pemerintah Indonesia karena Reog ini merupakan kebudayaan yang khas dari Ponorogo.
Saat ini terdapat 1.728 warisan budaya tak benda (WBTb) yang mengartikulasikan bahwa sistem kebudayaan Indonesia masil memiliki eksistensi, walau seringkali mengharuskan dialektika dengan kebudayaan global. Karenanya, kebudayaan festival kebudayaan Reog Ponorogo merukapan artikulasi peting dalam menyemai kebudayaan dan kesenia bangsa Indonesia yang melibatkan dialektika antar elemen, aktor budaya, pemerintah, dan masyarakat.
Reog Ponorogo menjadi bagian dari warisan budaya khas Indonesia yang mendapatkan legitimasi dari UNESCO. Penetapan sebagai warisan budaya dunia ini tidak lepas dari konstribusi banyak pihak yang saling membantu dalam merumuskan budaya ini sebagai warisan Nusantara. Ekspresi kesenia dan kebudayaan yang terkandung dalam Reog Ponorogo juga memperhatikan signifikansi terhadap kosistensi pakem kebudayaan melalui perayaan festival. Dalam menjangkau hal itu, kiranya membahas alir secara konkret guna merumuskan corak kebudayaan dan kesenia dalam menghadapi bentuk anasir kebudayaan lokal. Bentuk atensi dan manajerial merupakan kunci utama guna menjadikan ekspresi kebudayaan melalui festival dalam membentuk empati kebudayaan secara komunal.
Adapun mekanisme festival kebudayaan memerlukan alternatif kebaharuan guna meproteksi beberapa hal. Proteksi yang dimaksud adalah bentuk perlindungan terhadap kebudayaan lokal. Preservasi kebudayaan dalam bentuk festival hingga saat ini perlu dipertegas mengenai apa yang menjadi pakem dalam struktur kebudayaan itu sendiri. Lebih lanjut lagi, dari sebuah festival akan sangat bergantung pada peran para aktor yang terlibat secara langsung. Dalam kaitannya dengan keberlanjutan itu sendiri, peran para aktor terbagi sesuai porsi dan kapasitasnya masing-masing. Peran ini nantinya terdiri dari beberapa elemen masyarakat yang berperan sebagai aktor budaya, komunitas adalah yang menaungi, dan pemerintah adalah intrumen dalam suksesi keberlanjutan festival.
Sebagai instrumen branding, Festival Reog Ponorogo akan mampu memberikan konstribusi aktif dalam penguatan pariwisata berbasis budaya lokal. Hal ini disebabkan adanya dasar yang digunakan dalam festival ini adalah modal kultural dari kesenian Reog. Akselerasi pariwisata yang berbasis budaya lokal ini selain bermanfaat secara ekonomis, juga berdampak pada pembentukan karakter dalam membangun sistematika kebudayaan lokal. Selain itu, pariwisata yang berbasis kebudayaan ini juga mampu menjadikan entitas budaya sebagai ajang mempertahankan kebudayaan lokal tanpa menafikan struktur kebudayaan yang ada saat ini.
Sebagai daerah yang dikenal sebagai lahirnya Reog, Ponorogo berupaya untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara luas mengenai kesenian Reog ini. Hal ini musti dilakukan lantaran adanya potensi besar yang akan berdampak positif kepada masyarakat apabila kesenia Reog yang dirangkai dalam konsep festival ini akan memberikan berbagai hal yang bisa di raih oleh masyarakat secara luas. Dalam konteks ini, upaya pemanfaatan berbagai instrumen dilakukan guna memperkuat jejaring yang lebih luas agar masyarakat bisa mengetahui festival ini. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa hari ini media sosial bisa menjadi instrumen terkuat dan membawa solusi konkrit mengenai kampanye festival Reog Ponorogo. Oleh karenanya measifan teknologi sebagai era mutakhir, kabar mengenai suatu momen bisa diatribusikan dengan cepat karena kelebihan media sosial mampu menembus tembok-tembok geografis dewasa ini.
Penggunaan media sosial merupakan bentuk promosi yang bisa dilakukan untuk mengkapanyekan kepada masyarakat luas mengenai festival Reog Ponorogo ini. dalam dimensi lain, pemberitaan festival bisa dilakukan dengan menjalin komunikasi antar lembaga, juga bisa antar komunitas kesenian, hingga lembaga pemerintahan yang terkait. Sehingga, keberlanjutan festival Reog Ponorogo akan berkorelasi dengan proyeksi jangka panjang dari festival itu sendiri.

Penulis : Heru Setiawan