Namun rekomendasi tersebut dirasa sulit terealisasi karena sudah terbentuknya sirkulasi ekonomi di sekitar embung tersebut. Mulai dari pendapatan parkir, pedagang makanan dan minuman, pakaian, hingga botol bekas dan odong-odong berkembang di lokasi tersebut.
“Sebaiknya memang ditutup, tapi kan sulit, di sana sudah ada perputaran ekonomi, pedagang yang biasanya dapat Rp200 ribu, bisa dapat Rp1 juta di sana,” terang Budi saat ditemui di Ruang Kerjanya.
Mendengar hal tersebut, tercipta rekomendasi alternatif, seperti dilakukannya penataan agar embung tersebut memiliki sirkulasi air dan sarana sanitasi yang memadai. Karena selama ini, air pada embung atau bendungan kecil tersebut hanya berasal dari hujan dan tidak ada pembuangan. Sedangkan, selama sebulan lebih, pengunjung yang berendam di embung tersebut mencapai ribuan orang setiap harinya.
Sebelumnya, keramaian pengunjung di embung tersebut terjadi karena dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, dari penyakit kulit hingga stroke. Sehingga banyak warga yang percaya dan berbondong-bondong membuktikan. Namun hingga saat ini, belum ada warga yang terverifikasi secara ilmiah sembuh setelah berendam di embung tersebut. (Ony)