Jakarta – News PATROLI.COM –
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan Indonesia harus siap menghadapi kondisi global yang bisa berubah dengan cepat. Utamanya konflik geopolitik berupa perang yang bisa terjadi secara mendadak dan tidak bisa dipastikan kapan akan berakhir.
“Peningkatan tensi geopolitik semua terjadi dadakan, enggak ada angin gak ada hujan, Ukraina tahu-tahu perang. Di Gaza, gak ada hujan gak ada angin tiba-tiba perang,” kata Presiden dalam pidatonya di acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Hal itulah, yang membuat Presiden selalu ingin menghadiri pertemuan internasional karena ingin mengetahui semua konflik itu akan lari kemana. Perangnya akan berapa lama dan apa dampaknya terhadap perekonomian, harga pangan maupun harga energi.
Kepala Negara menyebutkan kehadirannya ke Arab Saudi sebanyak dua kali dalam kurun waktu dua minggu. Pertemuan di Saudi belum lama ini yang dihadiri 57 negara membahas konflik Israel-Palestina.
“Di akhir summit, saya dalam hati menyimpulkan, perang ini tidak mungkin distop dalam waktu dekat. Oleh karena itu, kita harus bersama-sama menghadapi dampak perang ini,” ucapnya.
Menurut Presiden, yang namanya perang, gangguannya akan kemana-mana. Seperti gangguan rantai pasok global, kenaikan harga pangan serta lonjakan harga energi.
Untuk saat ini, Indonesia patut bersyukur karena perekonomiannya masih tumbuh stabil di kisaran 5 persen. Apalagi di tengah gejolak perekonomian global dan tensi geopolitik yang sedang memanas.
“Kalau kita bicara dengan negara lain, dengan presiden atau perdana menterinya, kita bangga banget lho. Karena perekonomian Indonesia masih tumbuh di kisaran 5 persen,” ujar Presiden.
Ia membandingkan dengan pertumbuhan negara tetangga seperti Malaysia yang ekonominya tumbuh 3,3 persen. Pertumbuhan negara AS hanya 2,9 persen, Korea Selatan 1,4 persen dan Uni Eropa 0,1 persen. (Red)
















