Menurut Sigit, ada banyak pertimbangan kenapa memilih Bojonegoro. Mulai dari perairan meliputi bendungan hingga kemampuan fiskal. Bojonegoro menjadi tempat pertama dan piloting agar bisa diterapkan di wilayah lain.
“Semoga apa yang kita harapkan pada pertemuan pertama, semua stakeholder bisa memahami isu ekonomi dalam menghadapi tantangan global dan bertukar gagasan. Ini untuk menciptakan iklim ekonomi yang sehat,” jelasnya.
Masih dalam kesempatan sama, Staf Khusus Kementerian Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiscal Regional Prof. Chandra Fajri Ananda menjelaskan, Indonesia perlu berbangga karena dalan output terakhir Kemenkeu, ekonomi sesuai target yang diinginkan. Yang menarik, pola pertumbuhannya sama yakni hampir 60 persen konsumsi.
“Kinerja ekspor impor masih perlu ditingkatkan. Sementara itu, prospek perekonomian jangka pendek tetap terjaga. Konsumsi terus tumbuh. Ekonomi Indonesia pada kuartal pertama pada 2024 diperkirakan tumbuh kuat,” katanya.
Dalam kegiatan tersebut, para tamu dijadwalkan melihat potensi ekonomi di Bojonegoro, di antaranya kunjungan ke Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu untuk melihat Agropolitan Belimbing dan Jambu. Lalu dilanjutkan ke Geopark Nasional Bojonegoro Kahyangan Api.
Hadir dalam kegiatan ini, dari Bank Indonesia Perwakilan Jawa Timur, OJK Jawa Timur, BPS Provinsi Jawa Timur, KDEKS Jawa Timur, Kepala Kanwil Kemenkeu Jawa Timur, Himbara dan Bank Jatim, Sekda Kabupaten Bojonegoro, jajaran OPD, civitas akademica, kepala desa, serta para UMKM Bojonegoro.(eko/kmf)
Baca juga berita lainnya diGoogle News