Lalu, lanjut Buk e, sapaan akrabnya, terkait inflasi. Dimana, inflasi di Bojonegoro terendah dibawah Provinsi Jawa Timur dan Nasional. Untuk Bojonegoro di angka 1.97, Provinsi Jatim 6.52, dan nasional di angka 5.51.
“Artinya apa, bahwa pemerataan pembangunan dan juga penyediaan bahan pangan di Bojonegoro sangat tercukupi,”tegasnya.
Pihaknya terus melakukan peningkatan produktivitas untuk mengendalikan inflasi. Maka, dengan inflasi yang rendah ini patut untuk disyukuri sehingga pemkab juga bisa memberikan kontribusi pada daerah lain.
Kemudian, Indeks Kerukunan Umat Beragama tahun 2022 di Bojonegoro sangat tinggi karena diatas provinsi dan nasional yakni mencapai 80.55.
“Kami sangat berterimakasih pada FKUB dengan energi yang baru saat ini, saya yakin bisa memberikan kontribusi bagi umat dengan menjaga kekompakan bersama Forkompimda,”lanjutnya.
Pada Indeks Gini Rasio, lanjut Bupati Anna, tiap tahun Bojonegoro mengalami penurunan yakni dari angka 0.348 di tahun 2018, lalu tahun 2019 0.309, tahun 2020 0.303, tahun 2021 0.34, tahun 2022 menjadi 0.28.
“Artinya apa, gep-nya makin sempit. Maka pemerataan pembangunan telah berhasil dilakukan dari desa ke kota,”lanjutnya.
Untuk tingkat pengangguran terbuka, Bupati memaparkan jika di Bojonegoro lebih rendah dibanding nasional dan provinsi. Tahun 2022 yakni 4.69, untuk provinsi 5.49, dan nasional 5.86.
Lalu, angka kemiskinan Kabupaten Bojonegoro mengalami penurunan sebesar 1.06 yakni 12,21 persen pada tahun 2022 dan 13,27 persen pada 2021, atau jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bojonegoro tahun 2022 mengalami penurunan sebanyak 13.120 jiwa, tahun 2021, jumlah penduduk miskin di Bojonegoro sebesar 166,52 ribu jiwa menjadi 153,40 ribu jiwa di tahun 2022.
“Teori yang lain, ini kemiskinan ekstrem di Bojonegoro kami mengalami penurunan lebih cepat dibanding provinsi dan nasional yakni 1,10 persen,”tegasnya.
Lalu, angka stunting Bojonegoro terendah no 2 se-Jawa Timur, yakni 2,76. Penurunan stunting tersebut tidak lepas dari peran semua pihak. (Eko/*)