“Hal ini juga sebagai tindaklanjut dan upaya pelestarian program Jatim Puspa Tahun 2020 yang lalu, maka KPM harus terus mengembangkan usahanya, salah satunya melalui pengembangan usaha produksi Balung Kuwuk Crispy,” terang Evie Octavia Marini.
Menurut dia, pembuatan Balung Kuwuk Crispy ini dilatarbelakangi adanya potensi ketela pohon yang merupakan hasil pertanian terbesar di Desa Napis setelah padi. Ketela pohon dan jagung, yang selama ini cenderung dijual dalam bentuk bahan mentah (dengan harga rendah), agar mempunyai nilai jual.
“Maka ketela pohon ini diolah menjadi produk makanan ringan berupa Balung Kuwuk Crispy dengan cita rasa yang lezat, nikmat dan dikemas secara kekinian bisa dikonsumsi untuk semua kalangan usia,” tambahnya.
Diharapkan, KPM dapat memproduksi Balung Kuwuk Crispy dengan cara mudah akan tetapi menghasilkan produk yang enak sehingga bisa dijual dengan nilai yang lebih tinggi dan menghasilkan keuntungan guna menambah pendapatan keluarga. Sebagai tindak lanjut dari pelatihan, pihaknya juga berharap Pemerintah Desa dapat memberikan stimulan modal agar usaha produksi Balung Kuwuk Crispy bisa berlanjut.
“Dan kedepannya bisa menjadi icon oleh-oleh khas dari Desa Napis yang mampu meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat Desa Napis guna mendukung percepatan penurunan angka kemiskinan ekstrim serta upaya mendukung ketahanan pangan,” pungkas Evie Octavia Marini.(eko/PEN)
Baca juga berita lainnya diGoogle News