Mengenai proses pengolahan ikan teri yang benar, Heru menyarankan untuk memperhatikan kebersihan dan kesegarannya. “Ikan teri yang segar memiliki sedikit bakteri dan aman dikonsumsi. Meminimalkan proses pemasakan, seperti durasi masak singkat atau penyajian utuh, untuk mengurangi panas dan menjaga nutrisi,” tuturnya.
Selain cara diatas, Heru juga menyarankan untuk menambahkan teri dalam telur goreng sebagai pengganti garam. Hal ini guna mengurangi konsumsi garam secara berlebihan. Lebih lanjut, Ia juga menganjurkan untuk konsumsi ikan teri dalam jumlah sedikit secara konsisten.
Alih-alih, Heru turut menghimbau agar mengkonsumsi ikan teri kering asin dengan tidak berlebihan. Pasalnya, ikan teri kering asin memiliki kadar natrium tinggi yang dapat memicu hipertensi. Ia pun menganjurkan untuk mengurangi penggunaan garam dalam makanan lain atau menggunakan teri sebagai pengganti bumbu.
Selain itu, Heru juga menekankan pentingnya mempertimbangkan kesegaran dan potensi kontaminasi bakteri pada ikan teri. “Ada riset yang menyebutkan, ikan yang dipasarkan dalam kondisi tidak higienis rentan terpapar bakteri yang patogen. Salah satunya adalah Escherichia coli atau sejenis salmonella yang dapat membahayakan konsumen,” kata Heru.
Heru tidak menganjurkan konsumsi ikan teri dalam kondisi mentah di Indonesia. Pasalnya, Indonesia merupakan negara tropis banyak sekali bakteri, kontaminan, dan patogen. Lebih lanjut, ia membandingkan konsumsi ikan teri di Indonesia dan Jepang, di mana penambahan wasabi digunakan untuk anti parasit.
Menuruti literatur yang saya baca, sambungnya, sejumlah bakteri sejenis anisakis hanya menyerang mamalia laut. Walaupun begitu, Heru menekankan untuk mempertimbangkan nutrisi yang diperoleh dan menghindari risiko kesehatan jangka pendek maupun panjang. (red)
Baca juga berita lainnya diGoogle News