Besaran angka tersebut, lanjut Helmy, menempatkan Kabupaten Bojonegoro sebagai Kabupaten/Kota paling potensial ketiga se-Jawa Timur setelah Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Lamongan dalam hal produksi beras.
“Sementara itu pada bulan April, luas lahan yang digarap bertambah menjadi 39.418 hektar. Ini merupakan puncak panen karena luas tanamnya memang paling tinggi dan kondisi musim tanamnya mundur dipengaruhi bencana El nino tahun kemarin,” terangnya.
Produksi gabah pada panen April diproyeksikan mencapai 233.748 ton atau setara dengan beras 139.491 ton. Sedangkan kebutuhan rata-rata konsumsi masyarakat Bojonegoro hanya sebesar 10.986 ton per bulan, mencakup kebutuhan rumah tangga dan non rumah tangga.
Meski demikian, Helmy mengingatkan perlunya pengelolaan distribusi yang baik agar surplus produksi tersebut dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat Kabupaten Bojonegoro. Selain itu, agar produksi beras tersebut tidak habis terdistribusi keluar daerah.
Kabupaten Bojonegoro tahun 2024 ini diharapkan berperan dalam menjaga stabilitas harga beras, menurunkan tingkat inflasi, serta meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat secara keseluruhan. (eko/kmf).