Pria yang juga pernah menjuarai Silat Bebas Indonesia TV One ini menyebut, anak asuhnya perlu pula menyesuaikan aturan main di Kejurnas Tarung Bebas Indonesia. Yaitu memakai aturan amatir. Karena masih memakai body protector pelindung kaki dan pelindung kepala untuk keselamatan atlet.
“Tetapi atlet boleh menendang memukul kepala ditambah dengan serangan lutut dalam pertandingan berdurasi 3 menit untuk setiap ronde ini,” ujarnya.
Hasilnya, lanjut mahasiswa IKIP PGRI Bojonegoro ini, Atok Illah menang KO di ronde pertama melawan Uut Dermawan dari Sasana Muaythai Karanganyar. Sedangkan Suprayitno menang KO di ronde ke dua melawan Nugroho dari Sasana Mukino Mart Fight Club Wonogiri. Sementara Fahrul Afifudin menang angka lawan Ahmad Riridin dari Barata Champ Purworejo.
Mereka berlaga diantara total 180 peserta se Indonesia mulai dari kelas kadet, pemula, yunior sampai dengan senior. Secara berurutan, kelas ini terbagi mulai dari kelas 48kilogram (kg), 52kg, 56kg 60kg, 64,kg, 70kg, 75kg hingga 80kg. Pertarungan eksebisi ini berlangsung dengan sistem one match atau sekali pertandingan dalam tiga ronde.
Disinggung mengenai tawuran. Pemuda santun dan ramah ini berpesan untuk pemuda Bojonegoro yang masih sering tawuran dan berkelahi di jalan. Agar sebaiknya berlatih tanding tarung bebas di sasana. Karena dampak tawuran sangat merugikan baik untuk diri sendiri dan orang lain.
Dia mencontohkan, jika di Bojonegoro sendiri sebetulnya sering ada event bela diri. Untuk itu Indra meminta agar lebih baiknya mendaftarkan diri dengan mengikuti event pertandingan bela diri. Dalam pertandingan bela diri cabang olarhraga apapun dijamin lebih puas pertarungannya, pun ada prestasinya.
“Saya hanya ingin berpesan lebih baik kita menjadi pemuda yang gagah dan berjiwa kesatria. Kalau memang bakat atau hobi bela diri gunakanlah dengan tepat dan di tempat yang legal. Bertarunglah di sasana. Hentikan tawuran, karena itu merugikan,” tegasnya.(*)