banner 700x256

Lima Orang Penumpang Kapal DBS I Terlantar di Pelabuhan Kalianget

banner 120x600
banner 336x280

Sumenep, Newspatroli.com

Kapal DBS I merupakan kapal bekas yang di beli oleh PT Sumekar Lene pada tahun 2015 yang berstatus Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kab.Sumenep Jawa timur dengan rute keberangkatan pelabuhan Kalianget menuju pelabuhan Kangean dan Sapeken dengan jadwal yang sudah ditentukan.

Pada tanggal 2 Januari 202, hari Minggu sesuai dengan jadwal keberangkatan kapal DBS I berlayar menuju pulau Kangean, namun naas setelah ditengah perjalanan atau sekitar berlayar 1 jam kapal mengalami kerusakan mesin indok , penyebabnya dari jilinder motor indok yg no 2 bocor, sehingga Nahkoda Budi dan kepala kamar mesin (KKM) memutuskan kembali ke pelabuhan Kalianget untuk menghindari hal hal yang tidak di inginkan dan semua penumpang setuju dengan catatan uang pembelian tiket dikembalikan.

Namun kebijakan tersebut tidak bisah dirasakan oleh penumpang asal kecamatan kangayan desa Da’andung atas, yaitu Tombes sekeluarga, ketika memintak uang pengembalian tiket tak dihiraukan dengan alasan tidak bisah menunjukkan tiket ,padahal kami sudah jelas jelas membayar atau membeli diatas kapal waktu ada pemeriksaan tiket pada petugas yang berseragam dan setelah di kroscek tiket saya buang itupun petugas sabandar ada yang tahu karena secara aturan nama nama semua penumpang pasti tercatat di buku manives dan anehnya uang tiket sepeda motor dikembalikan pahal tidak diberi tiket.

Baca juga :  JCW Resmi Laporkan Beberapa Perusahaan Rokok Ilegal di Sumenep

Sesuai dengan keterangan humas PT Sumekar lene bapak Eko nama panggilan , penumpang yang tidak membeli E tiket dengan alasan apapun harus membeli diatas kapal yaitu tiket manual pada petugas yang berseragam.

Sampai saat ini kami tidak mempunyai uang untuk membeli makanan dan ongkos pulang kecuali uang tiket kami dikembalikan , itupun masih mau membayar uang penginapan dan tak lupa kami sampaikan banyak terimah kasih pada bapak DPRD kab Sumenep yang telah memberi makanan berupa nasi bungkus
sebanyak dua kali.

Bersama penumpang yang lain kami bermalam di ruang tunggu pelabuhan , untuk malam berikutnya kami diusir oleh petugas ruang tunggu kami sekeluarga meresa kecewa padahal itu fasilitas umum yang mana pembangunannya dari pajak seluruh rakyat Indonesia. keluhnya (Gusno)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *