banner 700x256

Pemkot Blitar Gelar Slametan Brokohan dan Wayangan Lakon Pepajar Pringgondani di Istana Gebang, Peringati Hari Lahir Pancasila

Pemkot Blitar Gelar Slametan Brokohan dan Wayangan Lakon Pepajar Pringgondani di Istana Gebang, Peringati Hari Lahir Pancasila
banner 120x600
banner 336x280

Blitar – NewsPATROLI.COM –

Dalam semangat memaknai nilai-nilai luhur ideologi bangsa, Pemerintah Kota Blitar menggelar rangkaian acara sakral dan budaya dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila, Jumat malam 6 Juni 2025 . Acara diawali dengan slametan brokohan tradisi syukuran khas Jawa yang berlangsung khidmat di pelataran bersejarah Istana Gebang, rumah masa muda Sang Proklamator.

Mengusung semangat kebersamaan dan spiritualitas Jawa, slametan tersebut menjadi simbol perenungan dan harapan. Doa-doa bersama dilantunkan untuk keselamatan bangsa, diiringi sesaji dan tumpeng sebagai wujud syukur atas kelahiran Pancasila yang menjadi dasar negara.

Usai prosesi spiritual, malam budaya dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit yang mengangkat lakon “Pepajar Pringgondani”. dengan dalang Ki Rudy Gareng . Sebuah kisah klasik pewayangan yang menggambarkan perjuangan dan keteguhan sikap tokoh-tokoh Pandawa dalam membela nilai kebenaran—sebuah alegori yang senafas dengan makna Pancasila sebagai penuntun moral kebangsaan.

Baca juga :  HMI Tuntut Anggota DPRD Kabupaten Mojokerto Tingkatkan Pengawasan Galian C, Proyek Irigasi hingga Kualitas Beras Murah

Pagelaran ini bukan sekadar hiburan. Di hadapan warga, tokoh masyarakat, hingga pegiat seni dan budaya, Pemerintah Kota Blitar menegaskan komitmennya untuk terus merawat warisan budaya serta menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek kehidupan masyarakat.

Wali Kota Blitar, Syauqul Muhhibin dalam sambutannya menekankan pentingnya menyatu dengan akar budaya lokal untuk memperkuat identitas nasional. “Pancasila bukan sekadar dokumen. Ia hidup di setiap tumpeng, doa, dan irama gamelan yang kita wariskan dari leluhur,” ujar beliau dengan penuh rasa semangat.

Istana Gebang pun malam itu bukan sekadar situs sejarah. Ia menjelma ruang spiritual, ruang budaya, dan ruang kebangsaan tempat di mana masa lalu dan masa depan saling bersalaman dalam harmoni.(tri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *