banner 700x256

Pencarian Korban Mushola Al-Khoziny Beralih ke Alat Berat, 5 Santri Meninggal

Pencarian Korban Mushola Al-Khoziny Beralih ke Alat Berat, 5 Santri Meninggal
banner 120x600
banner 336x280

Sidoarjo – News PATROLI.COM –

Memasuki hari keempat pasca runtuhnya Mushola Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, proses pencarian korban resmi memasuki tahap baru. Tim SAR gabungan bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mulai mengerahkan alat berat setelah masa golden time pencarian dinyatakan berakhir. Keputusan ini diambil menyusul hasil deteksi yang tidak lagi menemukan tanda-tanda kehidupan di balik reruntuhan.

Kepala BNPB Letjen TNI Suhariyanto menyampaikan, hingga Kamis (2/1/2025) pagi, tercatat 108 korban berhasil dievakuasi. Dari jumlah tersebut, lima orang meninggal dunia. Sementara itu, sebanyak 59 korban masih dilaporkan hilang berdasarkan data dan foto yang diberikan keluarga.

“Sejak hari pertama, tim gabungan sudah menggunakan peralatan canggih seperti drone thermal, wall scanner Xaver 400, hingga flexible search cam. Namun hasilnya nihil, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Karena itu, setelah berdiskusi dengan keluarga, evakuasi berlanjut dengan alat berat,” jelas Suhariyanto.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI, Pratikno, menegaskan bahwa pemerintah sejak awal telah mengerahkan seluruh sumber daya untuk penanganan bencana tersebut.

“Beberapa hari ini kami terus melakukan upaya pertolongan dan evakuasi dengan melibatkan Basarnas, BNPB, TNI, Polri, serta lembaga di Jawa Timur. Semuanya bekerja ekstra hati-hati agar korban bisa ditemukan secepat mungkin,” kata Pratikno dalam konferensi pers.

Menurutnya, penggunaan alat berat bukan keputusan sepihak, melainkan hasil musyawarah dengan keluarga korban. “Kami berharap seluruh korban segera ditemukan, meskipun sebagian sudah dalam keadaan meninggal dunia. Pemerintah memastikan proses evakuasi dilakukan hati-hati dan penuh rasa hormat,” tambahnya.

Baca juga :  Pasangan Kekasih Asal Sleman Ditangkap Polisi, Diduga Culik Balita di Sidoarjo

Sebelum crane diturunkan, pihak keluarga menandatangani berita acara persetujuan bersama BNPB dan tim SAR. Langkah ini ditempuh untuk menghindari potensi konflik di kemudian hari serta memastikan seluruh proses evakuasi berjalan dengan restu keluarga.

“Tidak ada satu pun keluarga yang meminta pencarian manual dilanjutkan. Mereka sepakat agar evakuasi dilakukan dengan alat berat supaya jenazah bisa segera ditemukan dan dimakamkan sesuai ajaran agama masing-masing,” ujar Suhariyanto.

Evakuasi dengan crane dimulai sekitar pukul 11.30 WIB. Sedikitnya lima unit crane diturunkan di tiga sektor utama reruntuhan. Kasubdit RPDO Basarnas, Emi Freezer, menjelaskan bahwa penggunaan alat berat dilakukan berdasarkan asesmen lapangan. “Alat berat digunakan secara bergantian agar proses evakuasi lebih cepat tanpa mengorbankan keselamatan,” terangnya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Timur menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari. Evaluasi akan dilakukan sebelum masa tanggap darurat berakhir untuk menentukan apakah operasi evakuasi diperpanjang atau ditutup.

Dengan berakhirnya masa golden time, fokus operasi kini beralih pada evakuasi korban menggunakan alat berat. Tim gabungan dari BNPB, Basarnas, TNI, Polri, serta relawan terus bekerja menyingkirkan puing-puing Mushola Al-Khoziny hingga seluruh korban berhasil ditemukan sesuai data yang dihimpun dari pihak keluarga. (Gus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *