Mojokerto, News PATROLI.COM
Komisi Fatwa Ukhuwah MUI Kota Mojokerto menyelenggarakan Saresehan Kebangsaan dengan mengambil Tema Fiqih Siyasah dan Peradaban dengan Nara Sumber Berkompeten pada Bidang masalah Radikalisme dan Intoleransi yakni DR. H. Islah Bahrawi Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI), yang diselenggarakan Selasa pagi (29/11/2022 ) bertempat di Masjid Agung Al-Fatah Mojokerto.
Ketua Panitia penyelenggara Sarasehan Kebangsaan HM..Ali Fachruddin, M.P.d.I, mengatakan bahwa Wawasan kebangsaan dengan tema Fiqih Siyasah dan Peradaban ini diadakan dalam upaya kita untuk mencari kemaslahatan dan terhindar kemudharatan dengan tidak melanggar syariat, dengan taat pada aturan pemerintah yang sah , sehingga terciptalah kehidupan yang harmoni, rukun dan damai saling menghargai satu sama lain dan tidak berpecah belah tetap dalam bingkai NKRI Harga mati.
Sementara Nara Sumber DR. H. Islah Bahrawi mengatakan bahwa, Penanganan radikalisme di tanah air bukan hanya menjadi tugas pemerintah saja. Melainkan seluruh elemen bangsa harus terlibat didalamnya.
” Bukan hanya sikap, intoleransi yang dewasa ini sering terjadi dan berkembang di beberapa daerah, juga menjadi tanggung jawab seluruh komponen yang ada untuk memeranginya.” ucap Gus Bahrowi dihadapan para Mahasiswa dan pelajar serta tokoh agama yang hadir mengikuti Seminar Kebangsaan ini.
Dalam kesempatan itu Bahrowi berharap kepada para generasi muda, terkhusus mahasiswa yang menjadi garda terdepan untuk aktif memerangi radikalisme.
“Pahami bagaimana Undang-undang nomor 23 tahun 2019 tentang pertahanan negara. Jangan sampai rasa persatuan kita luntur, apalagi saat ini banyak upaya radikalisme dan intoleransi mengatasnamakan agama,” lanjut Bahrowi.
Dijelaskan oleh Islah Bahrawi bahwa Intoleransi dan radikalisme yang berkembang di Indonesia bukan hanya domain satu agama tertentu. Tetapi, ideologi yang menjadi persoalan bangsa di dunia ini merupakan domain semua kalangan.
“Intoleransi ini adalah awal dari radikalisme. Ketika orang itu sudah berkenalan dengan ajaran intoleran, maka dia akan mudahnya berkenalan dengan radikalisme. Kalau orang sudah mengenal radikalisme, dia akan mengenal ekstremisme, kekerasan. Dan ketika orang mengenal ekstremisme, orang akan mengenal terorisme,” papar Islah Bahrawi.
“Radikalisme di mata saya bukan hanya domain orang Islam. Tetapi domain semua agama, domain semua ideologi, politik, ekonomi maupun budaya,” imbuhnya.
“Silahhkan memeluk agama apapun, keyakinan apapun. Namun satu hal jangan pernah langgar nilai kemanusiaan agar kita terhindar dari radikalisme,” jelas Bahrawi.
Pria kelahiran Madura tersebut juga mengingatkan bahwa potensi rumah ibadah bisa ditunggangi oleh kelompok radikalisme, ekstremisme, dan terorisme, karena potensi tersebut dapat terjadi karena secara normatif kegiatan keagamaan memang terpusat dirumah ibadah. Potensi penyebaran tersebut bisa terjadi dirumah ibadah agama mana saja.
Hal tersebut disebabkan oleh polarisasi radikalisme dan ekstremisme ada di semua agama dan kelompok dengan paham tersebut ingin menguasai pusat aktivitas masyarakat dari tempat ibadah.. ” Untuk itu saya minta kepada pemerintah agar merangkul tokoh-tokoh agama dan mensterilkan rumah ibadah dari kelompok radikal untuk menanggulangi penyebaran radikalisme dan ekstremisme yang mengatasnamakan agama, Sebab ini guna meminimalisir pergerakan kelompok-kelompok radikal untuk memasuki tempat-tempat ibadah untuk menghasut masyarakat dengan paham radikal dan ekstremis.
Dengan begitu masyarakat akan sadar betapa berbahayanya kelompok-kelompok radikal tersebut terhadap keutuhan dan keamanan negara kita.
Oleh karena itu, perjuangan untuk mencegah radikalisme di tempat ibadah ini tidak boleh berhenti.” Harapannya bukan hanya agar masyarakat sadar, namun agar kelompok-kelompok radikal yang ada segera hilang dari bangsa ini ” lanjut Bahrawi..
Bahrawi menyebutkan bahwa kelompok Radikal Selalu Menganggap Dirinya Paling Benar dan radikalisme dalam dua jenis: radikalisme orientasi politik dan radikalisme ideologi. Radikalisme orientasi politik karena kecewa terhadap kontestasi politik
Bahrawi menerangkan, radikalisme ada dua jenis. Ada radikal karena orientasi politik dan radikalisme ideologi. Mereka yang radikal karena orientasi politik adalah kelompok yang kecewa terhadap konstelasi politik.
Bahrawi berharap bahwa para generasi muda, terkhusus mahasiswa yang menjadi garda terdepan untuk aktif memerangi radikalisme dan para pemeluk Agama di Indonesia untuk tetap menjaga persatuan, kesatuan dalam satu ideologi yakni Pancasila.
“Karena kalau kita berhasil menyadarkan masayrakat, mereka tidak laku. Mereka hanya numpang atas nama agama, membangun kekuasan atas nama agama. Mereka takut masyarakat pintar dan menjadi sadar sehinga gerakan mereka ditolak masyarakat. Itu yang takuti,” ucap Bahrawi mengkhiri urainya.