Buleleng – News PATROLI.COM –
Kantor Imigrasi (Kanim) Singaraja berkolaborasi dengan Kanwil Kemenkumham Bali menggelar sosialisasi dengan topik “Pendaftaran Kewarganegaraan bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda”, Selasa, 14 Mei 2024. Sosialisasi ini merupakan upaya dalam memberikan percepatan penyebarluasan informasi terkait dengan batas waktu pengajuan pewarganegaraan bagi anak berkewarganegaraan ganda, khususnya yang lahir sebelum Tahun 2006, yang akan berakhir, pada 31 Mei 2024.
Hadir sebagai peserta dalam sosialisasi ini, perwakilan dari masyarakat perkawinan campuran (Perca) yang berasal dari daerah Bali Utara. Kegiatan diawali dengan laporan penyelenggaraan oleh Kepala Kantor Imigrasi Singaraja Hendra Setiawan dan dilanjutkan dengan pembukaan oleh Kepala Bidang Intelijen dan Penindakan Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Bali, Anak Agung Bagus Narayana.
Dalam sambutannya, Kabid Inteldakim membacakan sambutan Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Bali yang menyampaikan, bahwa warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok suatu negara. Status Kewarganegaraan seseorang dapat menimbulkan hubungan timbal balik antara warga negara dan negaranya. Mengingat, setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap negaranya dan juga sebaliknya negara mempunyai kewajiban memberikan perlindungan terhadap warganya.
Dalam sesi penyampaian materi, narasumber pertama, yakni Kasi Lalintalkim Wahyu Purwanto menjelaskan terkait dengan Surat Keterangan Keimigrasian (SKIM) dan affidavit. Disebutkan, SKIM merupakan salah satu dokumen persyaratan dalam pengajuan permohonan pewarganegaraan. “Adapun untuk pengajuan SKIM dapat dilakukan secara online melalui website evisa.imigrasi.go.id. Sedangkan bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda (ABG) yang lahir di Indonesia SKIM dapat diganti dengan melampirkan biodata penduduk yang di keluarkan oleh Disdukcapil,” ungkap Wahyu.
Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Kanwil Kemenkumham Bali Alexander Palti selaku narasumber kedua, menyampaikan bahwa saat ini masih terdapat anak berkewarganegaraan ganda (ABG) yang berusia 18-21 tahun, namun belum memilih menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) atau menjadi Warga Negara Asing (WNA). Pihaknya menegaskan bahwa pilihan kewarganegaraan anak merupakan hal yang sangat krusial, karena terkait dengan status kewarganegaraan dan perlindungan hukum. Diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2022 merupakan wujud kehadiran negara dalam memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi anakanak hasil perkawinan campur.
“Mengingat, dalam peraturan tersebut bahwa ABG yang lahir di bawah Tahun 2006 hanya diberi waktu untuk melakukan pendaftaran kewarganegaraannya dalam rangka memilih menjadi WNI sampai dengan tanggal 31 Mei 2024.
“Diharapkan bagi para orangtua pelaku perkawinan campur untuk segera mendaftarkan kewarganegaraan anaknya. Apabila sudah melewati batas waktu tersebut, bagi anak berkewarganegaraan ganda yang ingin menjadi WNI harus melewati naturalisasi murni, yang mana prosesnya akan menjadi lebih sulit dan lama serta memerlukan biaya besar,” kata Alexander Palti. Seusai pemaparan materi oleh narasumber, peserta secara antusias melontarkan berbagai pertanyaan dan juga kendala yang dihadapi selaku orangtua dari anak berkewarganegaraan ganda.
“Keberhasilan penyampaian informasi pada sosialisasi ini ditandai dengan adanya 4 (empat) orangtua yang melaksanakan konsultasi intensif bersama dengan tim Kanwil Kemenkumham Bali terkait dengan permohonan pendaftaran kewarganegaraan serta dua konsultasi terkait pendaftaran PT dan Merek,” Terangnya. (Dedy)
Baca juga berita lainnya diGoogle News